Come Back

MENGAPA SAYA MENJADI PREMILLENNIALIS

(WHY I AM A PREMILLENNIALIST)

 

Oleh: Dr. W. A. Criswell

Diterjemahkan: Dr. Eddy Peter P.. M.Th.

 

Matius 24:29-31

 

11-27-77

 

 

Kami mengucapkan terima kasih kepada Anda sekalian, yang sedang mendengarkan pelayanan televisi dan radio kami, dan yang akan berdoa bersama kami kiranya Tuhan memberkati Firman Tuhan ini untuk hati Anda sekalian. Dua tahun yang lalu, saya menerima permintaan untuk mengirimkan tulisan ke dua alamat Moody Founders Week di Chicago untuk bulan Februari berikutnya [setelah saya menerima surat itu]. Saya pikir ini adalah persekutuan kaum Injili terbesar di Amerika dan di Dunia.

 

Kemudian, kira-kira dua bulan yang lalu, mereka menulis dan meminta saya untuk menulis ke dua alamat tersebut, karena alamat-alamat itu adalah alamat penerbit buku dan mereka berharap untuk menerbitkan buku di bulan Februari yang akan datang. Dan mereka memberikan kepada saya dua tugas – dua subyek: yang satu adalah – “Mengapa Saya menjadi Premillennialist” [Why I am a Premillennialist]; dan yang kedua adalah – “Penghakiman dari Allah yang Mahatinggi [The Judgments of Almighty God].”

 

Dalam mempersiapkan ini untuk dikirim ke persekutuan itu dan untuk diterbitkan, ini adalah salah satu topik yang sangat menarik dan telah memberkati semua kelas yang pernah saya ajar tentang topik ini. Jadi, saya pikir, seri khotbah saya yang membahas Kisah Para Rasul, saya akan hentikan sementara untuk satu minggu ini. Dan Minggu pagi, saya akan khotbah tentang: Mengapa Saya Menjadi Premillennialisme – yang akan saya kirimkan ke alamat pertama. Dan kemudian, malam nanti, jam 7:00, saya akan mengkhotbahkan topik kedua: “Penghakiman Allah Yang Mahatinggi.” Dan saya berdoa agar Anda dapat mendengarkan khotbah malam ini jam 7:00, dan juga di sini atau di KRLD atau KCBI.

 

Sekarang, kita akan membahas yang untuk pagi ini: Mengapa Saya Menjadi Premillennialist. Saya dapat dengan mudah menjelaskan mengapa mereka meminta saya untuk mengirimkan subyek ini. Saudara-saudara saya di Baptist Zion, sebagian besar adalah premillennialis. Mereka ada juga yang amillennialis atau tidak menaruh pengharapan pada kedatangan Tuhan. Dan khususnya  ini yang diajarkan di komunitas universitas, sekolah tinggi, maupun seminari. Saya juga dapat melihat mengapa mereka tertarik kepada saya  untuk menyampaikan topik ini – hampir semua kekristenan, tentu ada pengecualian untuk beberapa – hampir semua dalam kekristenan adalah amillenial.

 

Kemudian, bagaimana saya menjadi premillennialis? Ini adalah hal yang menarik. Kira-kira 36 atau 37 tahun yang lalu, ketika saya menjadi gembala di sebuah gereja di Muskogee, Oklahoma, saya telah membuat keputusan – komitmen – yang saya sampaikan dalam pelayanan mimbar saya. Sampai sekarang, saya telah mengkotbahkan banyak subyek khotbah – khotbah tentang hal-hal yang pasti seperti iman atau kelahiran kembali atau tentang inspirasi atau komitmen sebagai orang Kristen – tema-tema khotbah, dalam bentuk khotbah topical.

 

Tetapi, pada saat itu di Muskogee, saya memutuskan bahwa saya akan mengkhotbahkan Alkitab dan menguraikan Firman Tuhan seperti itu. Di mana setelah saya melewati Minggu pagi, saya lagi mulai minggu malam. Selesai minggu malam, saya lanjutkan minggu pagi. Jadi, saya selalu memulai seperti itu dalam pelayanan mimbar saya, yang tentunya khotbah saya – yaitu menguraikan Firman Tuhan.

 

Kemudian, sesuatu yang tidak biasa saya sampaikan. Orang-orang yang mendengarkan saya pergi dan berkata, “Mengapa, orang ini menjadi premillinnialis.”

 

Saya tidak pernah diajar premillennialisme dalam hidup saya. Dan saya tidak pernah memiliki guru premilleninal. Saya tidak pernah diajar tentang pendekatan teologi atau penafsiran ini. Dan akhirnya, ketika datang mendengar saya berkhotbah, baru saja saya menguraikan Firman Tuhan, mereka pergi sambil berkata: “Orang ini adalah premillennialis.”

 

Ketika ini diperkenalkan kepada beberapa orang di sini, kota Texas – yang tidak mengenal saya – bahwa Pulpit Committee of the First Baptist Church di Dallas berpikir tentang saya untuk mengangkat menjadi Gembala mereka, sebagai gembala di sini di kota Texas – yang kemudian menjadi bagian dari keluarga besar Baptist General Convention of Texas, yang berkantor di sana di Bapstist Building – ia menulis kepada Pulpit Committee, dan ia berkata, “Saya pikir, secara terang-terangan saya harus sampaikan, sebelum Anda mempertimbangkan memanggil orang muda ini menjadi Gembala Anda, bahwa Anda harus mengetahui bahwa ia adalah seorang Premillennialis.”

 

Surat itu diterima oleh Sekretaris Committee, Orville Groener, yang adalah Treasurer dari Annuity Board kita. Dengan rasa kwatir, Orville membawa surat itu kepada Dr. Walter R. Alexander, yang pada waktu itu menjabat sebagai Executive Secretary of the Annuity Board. Dan ia meletakkan surat itu di hadapannya, dan berkata, “Apa yang kita harus lakukan? Orang ini adalah premillenialis.”

 

Dr. Alexander membaca surat itu, dan kemudian berkata kepada Orville Groener, “Orville, Puji Tuhan! Saya juga seorang premillennialis.

 

Dan Orville berkata, “Anda adalah apa?”

 

“Saya adalah premillenialis.” Dr. Walter R. Alexander adalah orang Philadelphia, salah satu dari orang yang sangat memiliki prinsip yang pernah saya kenal dalam hidup saya. 

Berhadapan dengan latar belakang yang pasti bertentangan, saya diperkenalkan sebagai seorang premillenialis. Tidak ada waktu dalam hidup saya, saya diajar dalam pendekatan atau penafsiran teologis ini. Saya tidak pernah memiliki guru premillennial.

 

Saya ingat, di seminari, tempat di mana saya belajar Firman Tuhan, ketika saya mempelajari kitab terakhir dari Alkitab – yaitu Kitab Wahyu, apokalupsis, dosen saya, yang sangat terkenal dan sarjana yang hebat yang pernah hidup – ketika saya mengambil kuliah Kitab Wahyu, ia membawa silabusnya dan ia meletakkan di atas podium – begitulah – dan kemudian ia berkata, “Anak-anak muda, dalam silabus saya, Anda akan menemukan perbedaan teori dalam interpretasi Kitab Wahyu. Anda akan bertemu dengan teori preterist. Anda akan menemui teori penafsiran futurist. Anda akan menemukan teori historist. Dan pilih untuk diri Anda sendiri.”

 

Itu adalah batasan dari perkenalan saya denga teori-teori eskatologi apokalupsis. Ya, ada sejumlah perbedaan di antara pendekatan ini untuk Firman Tuhan. Premillennialisme adalah kepercayaan bahwa Firman Tuhan mengajarkan  bahwa dosa begitu dalam dan membelenggu dan dunia terhilang dan terbelenggu dan bahwa hanya ada satu pengharapan kerajaan yang mulia di masa depan yang di dirikan oleh Tuhan, dan itu hanya pada saat kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya. Akan adakah pengaharapan yang indah dan manis bagi kita yang berdoa untuk anugerah Tuhan? Itulah Premillennialisme.

 

Postmillennialisme adalah percaya faham evolusi – dan doktrin yang dikembangkan dengan menggunakan system evolusi” evolusi spesies – mereka mengajarkan bahwa kita  akan makin baik dan makin baik. Inilah doktrin yang diajarkan mereka, melalui pemberitaan Injil dan dengan pengaruh Roh Kudus, dan kita akhirnya akan menjadikan dunia ini mengalami pertobatan dan damai sejahtera, yang mana Tuhan akan datang setelah semua ini, yaitu setelah masa kerajaan seribu tahun.

 

Amillennialisme adalah doktrin yang percaya bahwa tidak akan ada kerajaan seribu tahun. Dan kemudian meningkat, orang-orang yang mempertahankan pandangan ini percaya bahwa tidak akan ada kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Semua hal  yang diajarkan Alkitab tentang ini dipandang sebagai bentuk figuratif. Mereka adalah penganut penafsiran simbolik dan mereka tidak menafsirkan arti yang sebenarnya dari Alkitab.

 

Penafsiran ini memberikan pengrohanian kata-kata dari Alkitab; ini berarti mengambil kata-kata dalam Alkitab dan menafsirkannya secara rohani. Dan ini melihat bahwa pemerintahan kerajaan seribu tahun di bumi dan pengharapan bahwa kita akan memerintah bersama Dia harus ditafsirkan secara rohani atau tidak literal.

 

Jadi, ketika saya mempelajari keberadaan premillenialis, saya mulai melihat Alkitab dan mempelajari setiap kata di dalamnya dengan hati-hati dan melihat apapun itu menurut pengajaran Alkitab. Sehingga dalam pembicaraan eskatologi Juruselamat kita di dalam Matius 24 dan 25, saya memahami hal-hal seperti ini: “Peristiwa-peristiwa setelah masa kesusahan besar”… “akan nampak tanda kedatangan Anak Manusia dari Sorga.”

Dalam Kitab Wahyu, pasal pertama adalah penglihatan tentang kebangkitan, pemuliaan Anak Manusia. Pasal dua dan tiga adalah pelajaran tentang sejarah gereja yang akan terlihat dalam situasi tujuh jemaat di Asia.

 

Kemudian, di permulaan pasal empat, jemaat diangkat atau rapture. Dan ini tidak disebut-sebut lagi sampai pasal sembilan belas, ketika jemaat turun kembali pada kedatangan Tuhan yang kedua kali dalam kemuliaan.

 

Kemudian, Kitab Wahyu pasal dua puluh mencatat tentang Millennium yang Agung, yang baru saja Anda baca. Dan antara hari pengangkatan gereja – pengangkatan gereja – dan kedatangan Tuhan kembali dalam kemuliaan, bersama semua orang kudus-Nya, ini adalah periode tribulasi atau kesusahan besar, seperti yang Tuhan firmankan: ” Segera sesudah siksaan pada masa itu…. akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.”

 

Ini adalah typical dari apa yang saya baca dalam Alkitab. Dan oleh sebab itu, saya belajar, membaca sejarah gereja, bahwa premillennial ini adalah kepercayaan atau iman dari gereja kuno dan iman dari para bapa gereja kita.

 

Dan apa yang dikatakan oleh Papias – Papias adalah seorang Gembala Sidang gereja di Heirapolis, seberang Sungai Lycus dari Laodikea, dan pandangannya adalah premillennial. Dan saya membaca tulisan Clement dari Roma, yang lahir sekitar tahun 40 M, yang menjelaskan Filipi 4:3. Dan saya mendapatkan apa yang ia katakan – iman premillennial tentang kedatangan Tuhan yang kedua kalinya.

 

Kemudian, Justin Martyr, dan saya di sini menemukan inilah yang ia percaya. Ia lahir kira-kira tahun 100 M. Kemudian Irenaeus, gembala Gereja di Lyons, sahabat dari Polycarpus, yang adalah murid Rasul Yohanes. Dan saya menemukan inilah yang ia percaya yaitu Irenaeus percaya – iman premillennial.  Dan saya di sini mengutip dari Tertulian yang lahir kira-kira 150 M, dan Cyprian, yang lahir sekitar tahun 195 M, dan Lactantius, yang lahir sekitar tahun 240 M, seorang guru dari anak Konstantin – mereka semua adalah premillennialis.

 

Kemudian, saya mengutip pernyataan iman dari para Bapa Gereja dari Edward Gibbon, dalam bukunya yang berjudul Decline and Fall of the Roman Empire, yang adalah buku sejarah terbaik yang pernah ditulis. Dalam karyanya yang berjudul Decline and Fall of the Roman Empire ini, Edward Gibbon menyatakan iman dari para Bapa Apostolic dan Bapa Gereja. Saya mengutip darinya demikian: “Doktrin kuno dan popular tentang millennium dengan hati-hati ditanamkan oleh para penerus Justinus Martyr dan Irenaeus, orang-orang yang diakui sebagai penerus langsung dari para Rasul, dan Lactantius, yang adalah seorang pendidik – seorang guru dari anak Konstanin. Ini adalah iman yang menguasai orang-orang percaya orthodoks. Ini menghasilkan banyak pengaruh terhadap iman dan praktek kehidupan orang-orang Kristen.”

 

Tetapi, setelah pertobatan Konstantin, dan setelah masa Bapa-bapa Gereja mula-mula, yang mengenal dan pernah menjadi pengikut para Rasul telah tiada, ada perubahan besar tentang faham teologi tentang millennial. Faham ini telah mengubah dan menggantikan premillennialisme – bahwa Tuhan akan datang setiap saat – menjadi amilennialisme: tidak akan ada kerajaan seribu tahun.

 

Konfrontasi terbesar terhadap iman premillennial adalah Gereja Roma. Gereja ini mengajarkan bahwa kerajaan itu adalah gereja dan gereja adalah kerajaan itu. Ini dibuat ketika Konstantin bertobat, karena gereja tidak lagi dianiaya dan gereja menjadi agama negara Imperium Roma.

 

Teologi amillennialisme Romanisme memiliki akarnya dari pengajaran Agustinus. Ia mengajarkan pandangan ini. Agustinus mati pada tahun 430 M.

 

Agustinus mengajarkan: pertama, Setan telah diikat selama pelayanan Tuhan di bumi. Kedua, kebangkitan pertama adalah kelahiran kembali orang percaya. Ketiga, Iblis diikat dan dilempar keluar dari hati orang yang percaya kepada Kristus. Ini adalah pembelengguan Setan selama seribu tahun. Keempat, pemerintahan orang kudus adalah kemenangan secara pribadi atas dosa dan Iblis. Kelima, Binatang adalah dunia yang jahat ini dan gambarannya adalah kemunafikan. Dan keenam adalah pelajaran tentang sejarah gereja.

 

Kita berada di sini sekarang – semua amillennialis percaya bahwa kita sekarang sudah berada dalam Kerajaan seribu tahun. Sekarang ini adalah millennium.

 

Ini adalah salah satu persuasi teologikal yang paling hebat yang bisa saja dapat masuk dalam hidup saya: bahwa kita sekarang sedang berada dalam Kerajaan Seribu Tahun – ini adalah millennium.

 

Mengapa, saya berpikir tentang Kerajaan Seribu Tahun karena Alkitab menjelaskan tentang millennial, misalnya Yesaya 11:6-8:

 

Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya. Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu. Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak.

Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan TUHAN, seperti air laut yang menutupi dasarnya.

 

Apakah ini yang kita alami sekarang? Apakah sekarang ini adalah Kerajaan Seribu Tahun Tuhan? Menurut saya sekarang ini tidak sama dengan Kerajaan Seribu Tahun.

 

             Menolak iman premillennial membuat Alkitab menjadi teka-teki yang membingungkan yang tidak ada artinya sama sekali. Kehilangan prinsip penting Alkitab untuk membuat prinsip hermeneutika – hermeneutika adalah prinsip menafsirkan Alkitab.

 

            Sebagai contoh, ada tiga klasifikasi manusia menurut Firman Tuhan. Menurut 1 Korintus 10:32, semua manusia dibagi menjadi orang Yahudi, Yunani dan jemaat.  Interpretasi Amillennial sungguh tragis yang menghilangkan tiga kelompok  manusia ini dan membuat Alkitab menjadi tanpa arti. Dan Alkitab akhirnya terlihat tidak lain seperti bagian dari literatur simbolis lainya. Inilah yang dihasilkan oleh orang-orang ini, mereka yang merasa sudah hidup dalam Kerjaan Seribu Tahun, dan mereka mengrohanikan segala sesuatu yang dinyatakan di sini dalam Firman Tuhan.

 

Sekarang, sebagai contoh, saya memiliki di tangan saya  Alkitab yang sangat cantik dan mahal. Dan berapa harganya – wou! Saya tidak tahu berapa harganya. Saya memperoleh Alkitab ini dan tentu sangat mahal.

 

Jadi, saya membuka Alkitab ini dalam Yesaya 43 dan di sini ada judul perikop “Church Comforted.” Jadi, saya baca di sini dan di sini dikatakan:

 

Tetapi sekarang, beginilah firman TUHAN yang menciptakan engkau, hai Yakub, yang membentuk engkau, hai Israel: "Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu….

 

Dikatakan di sini bahwa ini adalah tentang gereja. Tetapi, ketika saya membaca teks ini, di sini dikatakan, “Hai Yakub” dan “Hai Israel.”

 

Saya tutup halaman ini dan pindah ke Yesaya pasal 63. Dan judul perikop di sini “Christ’s Mercy towards His Church.” Jadi saya kira saya akan membaca tentang anugerah Kristus untuk jemaat-Nya. Dan inilah apa yang saya baca:

 

Aku hendak menyebut-nyebut perbuatan kasih setia TUHAN, perbuatan TUHAN yang masyhur, sesuai dengan segala yang dilakukan TUHAN kepada kita, dan kebajikan yang besar kepada kaum Israel yang dilakukan-Nya kepada mereka sesuai dengan kasih sayang-Nya dan sesuai dengan kasih setia-Nya yang besar.

Lalu teringatlah mereka kepada zaman dahulu kala, zaman Musa, hamba-Nya itu….

Bukankah Engkau Bapa kami? Sungguh, Abraham tidak tahu apa-apa tentang kami, dan Israel tidak mengenal kami. Ya TUHAN, Engkau sendiri Bapa kami; nama-Mu ialah "Penebus kami" sejak dahulu kala.

 

— sama sekali tidak berbicara tentang gereja. Ini adalah tentang Israel, dan tentang Musa dan tentang orang-orang Israel di Yerusalem.

 

            Saya pindah ke halaman lain lagi. Di sini disebutkan “The Church Prays to God.” Dan saya melihat di sini dalam Yesaya 64 dan mengira akan menemukan gereja yang sedang berdoa kepada Tuhan. Tetapi, inilah yang saya baca:

 

Kota-kota-Mu yang kudus sudah menjadi padang gurun, Sion sudah menjadi padang gurun, Yerusalem sunyi sepi. 11Bait kami yang kudus dan agung, tempat nenek moyang kami memuji-muji Engkau, sudah menjadi umpan api, maka milik kami yang paling indah sudah menjadi reruntuhan. Melihat semuanya ini, ya TUHAN, masakan Engkau menahan diri, masakan Engkau tinggal diam dan menindas kami amat sangat?

 

Judul perikop ini adalah “The Church Prays….” Tetapi, ketika saya membaca perikop ini, ini adalah seruan untuk orang-orang Israel di Zion dan Yerusalem dan Bait Suci mereka, yang telah terbakar oleh api. Inilah yang dimaksud dengan pengrohanian.

 

            Saya pindah halaman lain lagi – dan ini adalah sangat mengherankan. Judul perikop di sini “The Stability of the Church.” Jadi, Anda akan berpikir ini adalah tentang stabilitas gereja. Teks ini adalah dalam Yeremia 31:

 

Beginilah firman TUHAN, yang memberi matahari untuk menerangi siang, yang menetapkan bulan dan bintang-bintang untuk menerangi malam, yang mengharu biru laut, sehingga gelombang-gelombangnya ribut, --TUHAN semesta alam nama-Nya: "Sesungguhnya, seperti ketetapan-ketetapan ini tidak akan beralih dari hadapan-Ku, demikianlah firman TUHAN, demikianlah keturunan Israel juga tidak akan berhenti menjadi bangsa di hadapan-Ku untuk sepanjang waktu. Beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, seperti langit di atas tidak terukur dan dasar-dasar bumi di bawah tidak terselidiki, demikianlah juga Aku tidak akan menolak segala keturunan Israel, karena segala apa yang dilakukan mereka, demikianlah firman TUHAN.

 

Judul perikopnya di sini “The Stability of the Church.”  Tetapi, apa yang dijelaskan, “Sesungguhnya, seperti langit di atas tidak terukur dan dasar-dasar bumi di bawah tidak terselidiki, demikianlah juga Aku tidak akan menolak segala keturunan Israel.”

 

            Apakah Anda pernah memikirkan – apakah Anda menafsirkan Alkitab dengan cara mengrohanikan? Tetapi, Anda telah memegang kepercayaan amillennial?

 

            Sekarang, hal lain tentang Firman Tuhan: yang membedakan antara gereja dan Israel dan orang Yunani (gentiles) – orang-orang ini menyamakan gereja dengan Israel dan Israel dengan gereja. Tetapi, Efesus pasal ketiga mengatakan – dan Paulus menjelaskan tentang musterion. Ini adalah rahasia, yang tersimpan dalam hati Tuhan sampai akhirnya Ia menyatakan hal ini kepada Rasul-Nya.

 

Tidak pernah ada gereja yang dilihat oleh para nabi. Tidak ada gereja dalam Perjanjian Lama. Mereka tidak pernah melihatnya. Mereka tidak pernah mengetahuinya: zaman gereja ini, zaman Roh Kudus yang di dalamNya kita hidup, zaman kasih karunia di dalam Yesus Kristus ini, zaman di mana orang-orang dipanggil keluar untuk masuk dalam tubuh yang baru baik orang Yahudi maupun non Yahudi di dalam Kristus.

 

Zaman ini pernah menjadi rahasia dalam hati Tuhan. Dan tidak ada nabi yang mengetahuinya sampai hal ini dinyatakan kepada rasul-rasul-Nya yang kudus. Oleh sebab itu, ketika saya membaca Perjanjian Lama, saya membaca tentang orang-orang Yahudi dan non Yahudi dan rencana Tuhan untuk membawa orang non Yahudi kepadaNya dan kerajaan seribu tahun. Tetapi, saya tidak akan pernah membaca tentang keberadaan gereja sampai saya sampai kepada Perjanjian Baru.

 

Seluruh Alkitab menegaskan, Israel berarti Israel. Orang Yahudi berarti orang Yahudi. Dan gereja berarti gereja. Dan jika Anda mau membiarkan Tuhan berbicara apa yang Ia ingin katakan, dan mengakui Tuhan benar dalam penyataan wahyuNya, Anda akan menemukan Alkitab begitu indah, agung dan mulia.